STORILOKA.COM - Amerika Serikat mengkritik China dan Rusia pada Rabu (11/5/2022) karena kedua negara itu menentang tindakan lebih lanjut PBB terhadap Korea Utara.
Amerika Serikat juga memperingatkan bahwa Dewan Keamanan "tidak bisa tinggal diam lagi" saat Korea Utara mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas Greenfield, merujuk pada "dua anggota dewan" yang berpendapat bahwa upaya menahan diri oleh dewan akan mendorong Korea Utara "untuk berhenti meningkatkan ketegangan dan malah datang ke meja perundingan."
Baca Juga: Liverpool Tempel Ketat Manchester City dalam Perburuan Gelar Juara Liga Inggris
“Jelas, diam dan menahan diri tidak efektif,” kata Thomas Greenfield dalam pertemuan dewan yang diadakan oleh Amerika Serikat mengenai peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara.
"Sudah waktunya untuk berhenti memberikan izin diam-diam dan mulai mengambil tindakan."
Korea Utara telah dikenai sanksi PBB sejak 2006 atas program nuklir dan rudal balistiknya. Amerika Serikat ingin Dewan Keamanan beranggotakan 15 negara itu memberikan suara selama Mei pada resolusi yang dirancang AS untuk memberikan sanksi lebih lanjut kepada Pyongyang.
"Kami tidak bisa menunggu sampai (Korea Utara) melakukan tindakan provokatif, ilegal, dan berbahaya lainnya, seperti uji coba nuklir," kata Thomas Greenfield.
Baca Juga: Travel Agent di Labuan Bajo Kewalahan Layani Wisatawan Saat Libur Lebaran 2022
Amerika Serikat menilai Korea Utara bisa siap untuk melakukan tes semacam itu pada awal bulan ini.
Namun, negara yang memiliki hak veto, China dan Rusia menentang sanksi PBB lebih lanjut dan telah lama mendorong dewan untuk melonggarkan tindakan tersebut di Korea Utara dengan alasan kemanusiaan. Amerika Serikat mengatakan sekarang bukan waktunya.
Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, mengatakan pada Rabu (11/5) bahwa resolusi yang dirancang Amerika Serikat "bukan cara yang tepat untuk mengatasi situasi saat ini."
Baca Juga: KPK Sebut Masa Transisi dan Pengisian Penjabat Kepala Daerah Rentan Korupsi
"Sayangnya, Amerika Serikat telah menutup mata terhadap proposal yang masuk akal dari China dan anggota dewan terkait lainnya, dan tetap terpikat takhayul kekuatan magis sanksi," kata Zhang Jun kepada dewan.
Artikel Terkait
Negara Sri Lanka Terjebak Utang, Presiden dan Perdana Menteri Terancam Digulingkan
Gempuran Artileri Rusia Tewaskan 18 orang di Kharkiv Ukraina
Jaksa Agung Ukraina Sebut Rusia Gunakan Pemerkosaan Sebagai Taktik Perang
Ini Pemilik Baru Chelsea Pengganti Roman Abramovich
Malaysia Pimpin Klasemen Group B usai Bekuk Thailand 2-1 di SEA Games 2021